SELAMAT ULANG TAHUN AYAH

  
    Sekarang sudah memasuki hari Rabu, 30 November 2022. Tepatnya waktu menunjukkan pukul 00.07 dan aku masih belum juga tertidur. Tidak seperti biasanya yang selalu tertidur cepat, tetapi kali ini tidak. Mungkin karena baru selesai mengerjakan tugas kuliah dan pekerjaan sehingga jam tidurku sudah terlewat dan sekarang mataku masih begitu segar. padahal besok harus kembali bekerja dan kuliah. Hingga akhirnya aku memilih untuk menulis dengan ditemani suara rintikan hujan diluar sana, kebetulan hari ini tepat dimana ayahku berulang tahun. Sebenarnya aku sudah memikirkan hal itu dari jauh-jauh hari karena aku ingin memberi sesuatu yang berbeda dari sebelumnya tetapi ternyata bingung sekali hehe terlebih lagi aku yang belum kunjung pulang ke kampung halaman. Maka dari itu izinkan aku sedikit bercerita tentang ayahku. 
    Ayahku adalah ayah terhebat dalam hidupku. Dan mungkin setiap anak akan menganggap hal yang sama. Ayah benar-benar cinta pertamaku. Dulu kalau apa-apa, aku harus sama ayah. Bahkan tidur pun harus sama ayah, dan mulai berani tidur sendiri saat aku mulai memasuki SMP. Ayah tidak pernah marah kepadaku, ayah yang begitu peduli terhadap siapa pun. Saat aku masih sekolah aku selalu diantar oleh ayah. Bukan hanya saat pergi ke sekolah saja, tetapi kemana pun aku pergi pasti diantar oleh ayah. Hingga akhirnya teman-temanku selalu memberi aku julukan "si anak ayah" karena mereka tahu setiap aku pergi pasti sama ayah, bahkan terkadang saat sedang berkumpul dengan teman aku tidak sengaja bercerita tentang ayahku. Mungkin menurut mereka ayahku biasa saja tidak seperti ayah mereka, tetapi bagiku tidak. Aku selalu bangga pada ayah. Ayah juga sangat jail dan cepat akrab dengan orang-orang terdekatku sampai membuatku cemburu karena takut ayah lebih sayang sama orang lain hehe. Ayah tidak pernah memaksa aku untuk menjadi apa yang diinginkan olehnya. Ayah tidak pernah menghalangi jalanku. Ayah selalu mendukung hal apa pun yang ingin aku lakukan, hal apa pun yang ingin aku capai. Ayah mendukungnya dengan teramat antusias, bukan hanya mendukung saja tapi ayah pun selalu membersamaiku di setiap prosesnya. Salah satu contohnya, dulu ketika aku akan memasuki Perguruan Tinggi melalui SBMPTN dan beberapa UM ayah rela izin dari kantornya demi mengantarku untuk mengikuti test diluar kota. Ayah bukan hanya mengantarku saja, melainkan ayah benar-benar menemaniku di tempat test, benar-benar menunggu sampai selesai test. Ayah yang terus memberiku semangat dikala itu. Sampai tiba saatnya pengumuman dan aku dinyatakan tidak lolos. Aku merasa sedih, sedih karena sudah membuat orang tua kecewa. Terlebih pada ayah, yang dimana sudah banyak rela berkorban untuk aku, dari tenaga, waktu dan lainnya. Meskipun ayah selalu bilang "Tidak apa-apa, mungkin belum rezekinya. Jangan sedih, masih banyak jalan yang lain." tapi rasanya aku begitu kecewa terhadap diri sendiri karena aku yakin pasti ayah pun ikut merasa sedih melihat putri sulungnya gagal. Dan, ya ayah tetap selalu mendukungku, menghiburku. Hingga akhirnya aku memutuskan memasuki PTS di kota tempat tinggal omaku, karena ayah khawatir kalau aku harus merantau jauh jika tidak ada saudara. Ayah selalu mengantarku setiap kali aku harus kembali ke kota tersebut, dan setiap kali ayah akan kembali ke kota kelahiranku ayah selalu menahan air mata karena harus meninggalkanku dan tidak pernah lupa berkata "belajar dengan baik ya jangan lupa ibadahnya, jaga diri baik-baik juga" dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Tidak hanya sampai situ saja, saat aku memasuki dunia pekerjaan pun ayah benar-benar membersamai. Ketika mengirim lamaran ke berbagai tempat kerja, mendapat panggilan untuk wawancara sampai dengan test, ayah benar-benar setia menemaniku dan mengantarku kemana pun itu. Sampai akhirnya aku mendapat pekerjaan yang tidak jauh dari rumah pun ayahlah yang mengantar jemputku kerja. Setelah itu, aku memilih mengundurkan diri karena merasa ruang lingkupnya tidak sehat. Sebenarnya aku sedih, takut membuat ayah kecewa kembali karena ayah begitu bahagia saat mendapat kabar bahwa aku lolos di tempat kerja tersebut. Tetapi bukan ayah kalau ayah marah atau menunjukkan kekecewaanya. Saat ayah diberitahu olehku akan hal itu, ayah hanya berkata "Tidak apa-apa, dari pada kamu merasa tertekan dan tidak nyaman, rezeki sudah ada yang mengatur. Kita mencari jalan lain ya". Ayah masih sama, tetap mendukung apa pun keputusanku dan selalu berpikir positif. Beberapa bulan kemudian, aku mendapat panggilan pekerjaan di luar kota yang dimana tidak ada saudara, mungkin kalian sudah tahu singkat ceritanya kalau kalian sudah baca postingan sebelumnya hehe. Ketika aku memberi tahu sekaligus meminta izin untuk menerima pekerjaan tersebut ayah menolak dengan keras. Ayah tidak memberiku izin, dan hal tersebut menjadi pertama kalinya ayah seperti itu. Tetapi aku berusaha membujuk ayah, aku mengajak ayah berdiskusi karena bagaimana pun juga aku anak pertama yang tidak mungkin hanya berdiam saja, yang tidak mungkin terus-menerus harus dilindungi, melainkan aku yang harus melindungi dan berada di garda terdepan. Hingga akhirnya ayah memberiku izin meskipun masih begitu banyak rasa cemasnya. Dan ada syaratnya juga, yaitu aku harus diantar oleh ayah untuk pergi ke kota rantau tersebut karena ayah ingin mengetahui tempat kerja, lingkungan kerja dan tempat aku tinggal selama rantau. Saat tiba waktunya, aku diantar oleh ayah, mama, kedua adikku, tante, sepupu dan kakek. Seperti rombongan ya, tapi begitulah karena itu pertama kalinya aku merantau jauh dan terlebih aku ini merupakan anak pertama dan cucu pertama. Kita berangkat pagi hari setelah subuh. Ketika sudah sampai di kota rantau, kita semua bertemu dengan atasanku. Kita semua berbincang-bincang bahkan ayah menitipkanku pada atasanku dan teman-teman yang nantinya menjadi rekan kerjaku. Setelah itu pada sore harinya mereka memilih untuk pulang kembali. Bayangkan saja, perjalanan menuju kota rantau kurang lebih 6/7 jam lalu mereka hanya beristirahat beberapa jam dan harus kembali pulang. Rasanya aku begitu merepotkan mereka. Begitu besar kasih sayang mereka kepadaku, bahkan tidak mengenal lelah yang dimana harus pulang pergi dalam hari yang sama. Itulah awal mula aku benar-benar merantau di kota yang dimana tidak ada satu pun yang aku kenal. Waktu terus bergulir, dan ayah yang selalu menghubungiku entah via telepon, chat atau pun video call. Itulah cara kita saling melepas rindu sampai sekarang. Oh iya aku hampir lupa, ayah juga selalu mendengar setiap ceritaku. Ayah yang selalu siap sedia untuk diajak diskusi dalam hal apapun termasuk percintaan hehe. Ayah tidak pernah melarangku, atau memberiku standar harus berkencan dengan siapa. Tidak, ayah tidak seperti itu. Ayah selalu percaya dengan pilihanku. Ayah juga selalu ingin tahu kisahku alias kepo. Setiap kali aku mempunyai hubungan spesial dengan lawan jenis, ayah pasti selalu bertanya terus menerus bahkan bukan hanya aku saja yang memiliki rasa sayang, tetapi ayah juga akan ikut merasakan hal sama seperti itu yaitu memiliki rasa sayang juga terhadap orang yang mempunyai hubungan spesial denganku. Dan jika hubunganku sudah berakhir ayah selalu memberiku nasihat untuk tetap berteman baik dan saling memaafkan. Jadi terkadang meskipun sudah menjadi masa lalu, ayah selalu menanyakan kabar orang-orang tersebut padahal aku saja sudah tidak ingat hehe. Dan kini ayah selalu mengejekku "Mana calon menantuku, tidak disuruh main ke rumah?", "Ayah mau ketemu calon besan ah" dan lain-lainya, tetapi setiap aku mengejek kembali dengan berkata "Memang ayah sudah siap kalau suatu saat ada seseorang memintaku pada ayah?" dan ayah langsung terdiam dengan wajahnya yang sedih juga mata berkaca-kaca hehe. Begitulah ayah, terkadang kita selalu bercanda hal-hal tersebut. Ternyata kalau cerita tentang ayah itu tidak akan habis-habis ya, sepertinya akan ku cukupkan sampai disini meskipun sebenarnya masih begitu banyak cerita lainnya tentang ayah tetapi ternyata sekarang waktu sudah menunjukan pukul 01.29 dan aku harus segera beristirahat karena besok akan kembali beraktivitas. Sebelum aku mengakhiri ceritaku ada hal yang ingin aku sampaikan, yang dimana hal tersebut selalu teringat dan terbayang-bayang dikepalaku sampai sekarang yaitu pada waktu itu, aku masih begitu ingat, aku sedang berbaring didalam kamar dan ayah sedang di ruang tengah bersama kedua adikku. Mereka sedang berbincang-bincang dan tidak lama kemudian aku mendengar dari kamar, ayah berkata kepada kedua adikku kurang lebih begini, "Kakakmu itu adalah anak perempuan ayah satu-satunya, dan saudara perempuan kalian satu-satunya jadi meskipun dia anak pertama, kalian sebagai laki-laki harus menjaga kakak perempuan kalian satu-satunya dengan baik, kalian harus melindungi dia, jangan sampai ada orang yang menyakiti dia". Jujur ketika aku mendengar hal tersebut dari kamar, air mataku mengalir begitu saja tanpa berhenti. Rasanya benar-benar aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku begitu bersyukur sekali dan benar-benar beruntung karena Tuhan mengizinkanku untuk menjadi putri ayahku. Aku sayang ayah. Mungkin itu saja hal yang ingin aku ceritakan tentang ayah. Doakan ayah selalu sehat ya! Dan sekarang izinkan aku mengungkapkan sedikit hal untuk ayah.


Teruntuk ayah,

Ayah, selamat ulang tahun.
Panjang umur, sehat selalu dan bahagia tanpa jeda
Mungkin tidak banyak doa yang kutulis disini
Karena semoga-semoga yang baik untukmu tak pernah terhenti untuk ku panjatkan
Ayah, terima kasih
Terima kasih sudah menjadi ayah terhebat dalam hidupku
Terima kasih sudah menjadi teman dalam perjalanan
Terima kasih sudah menjadi teduh dalam teriknya siang
Terima kasih sudah menjadi hangat dalam dinginnya hujan
Terima kasih sudah menjadi damai dalam sunyinya fajar
Terima kasih sudah menjadi merdu di tengah bisingnya duniaku
Terima kasih untuk tahun-tahun bersama yang menyenangkan
Ayah, janji ya untuk selalu membersamaiku


Salam sayang dari putri sulungmu tercintašŸ¤

Komentar

Postingan Populer