Hari Minggu Bersamaku

         Kalau biasanya aku lebih memilih merekam atau mengambil beberapa potret kegiatan waktu luangku lalu aku jadikan sebuah video dan aku unggah, tetapi kali ini aku memutuskan untuk menceritakan melalui tulisan. Posisiku sekarang sedang berada di dalam kamar sambil duduk tepat berada didepan laptop lengkap dengan memakai headset, kalau dipikir-pikir ternyata aku sudah hampir tiga bulan tidak keluar sendiri untuk "me time". Iya, terakhir aku "me time" tepat dimana bulan kelahiranku. Sehari sebelum hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk melakukan solo trip ke Bandung. Aku mengambil cuti untuk memberi hadiah ulang tahun pada diri sendiri. Aku berangkat ke Bandung menggunakan transportasi umum bus. Kenapa aku memilih Bandung? Karena yang pertama jarak ke Bandung tidak begitu jauh, kedua untuk memastikan bahwa aku sudah bisa berdamai dengan kota Bandung yang sempat tidak aku sukai semenjak tujuh tahun yang lalu. Aku benar-benar menghabiskan waktu di Braga sendiri. Kalau kata temanku ini hal yang paling gila yang selalu aku lakukan karena selalu pergi sendiri seperti orang hilang hehe tapi untuk diriku hal tersebut sangat membuat nyaman. Aku sangat suka pergi sendiri meskipun terkadang aku ingin ditemani, tapi rasa takutku lebih besar, aku selalu takut akan penolakan setiap ingin mengajak seseorang, aku selalu takut menganggu waktunya, aku selalu takut seseorang merasa terpaksa harus mengikuti mauku, sehingga aku memilih untuk pergi kemana pun sendiri. Aku menyusuri setiap jalan dan menikmatinya. Aku menjadikan Braga sebagai tujuanku untuk "me time" karena mudah diakses oleh transportasi online atau umum lainnya meskipun yang aku inginkan sebenarnya pergi ke tempat berbau alam tapi rasanya akan sulit jika dilakukan hanya seorang diri kecuali kalau aku mengendarai kendaraan pribadi. Tidak berhenti disitu saja, di hari berikutnya aku pergi bersama temanku yang dimana kita saling mengenal karena orang tua kita berteman baik dari masa putih abu sehingga mewariskan pertemanannya kepada putri-putrinya. Dia yang tak henti menceritakan Bandung karena dia sudah mengenal Bandung semenjak mengenyam pendidikan di bangku kuliah hingga sekarang menjadi tenaga medis disalah satu rumah sakit di Bandung, bangga sekali aku mempunyai teman sepertinya. Selain itu, dia juga yang menampungku selama di Bandung, ah merepotkan sekali aku ini. Aku menghabiskan waktu bersamanya dengan mengunjungi sebuah museum dan makan mie bakso yamin manis yang sudah ada di listku jika pergi ke Bandung. Tidak begitu banyak waktu bersamanya karena dia yang harus kembali berjuang di garda terdepan. Dan aku pun yang harus segera pulang dan kembali berjuang di tanah rantauan. Itu lah terakhir aku benar-benar pergi sendiri untuk memberi ruang pada diri yang selalu pura-pura kuat padahal lelah. Jujur aku rindu tapi rasanya kali ini tidak ada gairah untuk pergi keluar. Seperti halnya yang dikatakan oleh temankku, "Akhir-akhir ini aku sudah tidak pernah melihatmu pergi keluar lagi. Padahal kamu paling tidak bisa mengisi hari libur dengan berdiam diri saja di kamar, dan kamu paling senang dengan Minggu yang produktif. Kenapa? Seperti ada banyak hal yang berubah dalam diri kamu." kurang lebih seperti itu. Sontak itu membuatku terdiam lalu berpikir. Apakah benar yang dikatakan oleh temanku bahwa ada hal yang berubah? Atau hanya perasaan saja? Dan sekarang adalah Minggu yang kesekian kalinya aku menghabiskan waktu di kost hanya dengan tidur, makan, menonton, membaca dan bermalas-malasan, Seperti bukan aku yang biasanya yang selalu tertata, harus sesuai dengan rencana yang sudah aku susun sedemikian baiknya. Ah entahlah, biarkan aku seperti ini dulu. Begitu pun dengan hari ini, padahal dari hari sebelumnya aku sudah membuat rencana tapi ternyata aku memilih untuk mengurungkan niatku. 

         Aku terbangun dengan mata yang begitu berat, karena aku baru tertidur setelah subuh. Gila memang gila, karena seminggu ini pola tidurku benar-benar berantakan. Atau mungkin tidak hanya pola tidur saja yang berantakan, melainkan semuanya? Miris sekali diriku. Saat terbangun rasanya aku ingin kembali tertidur tapi pikiranku tiba-tiba menuju pada tumpukan pakaian yang sudah ku cuci semalam dan belum sempat aku jemur. "Dasar pelupa kau!' celotehku. Lalu aku terbangun dengan begitu malas, benar-benar malas dan aku sudah berjanji untuk kembali tertidur setelah menjemur pakaian. Selesai menjemur, aku begitu semangat untuk kembali menjamah pulau kapuk ternyata salah satu tetangga mengajak berbincang cukup lama yang membuat rasa kantukku hilang begitu saja. "Ah kesal sekali, waktuku untuk tidur tidak jadi" gumamku. Setelah selesai berbincang, akhirnya aku memilih untuk ke atas balkon dan itu merupakan tempat favoritku. Aku menikmati hangatnya sinar matahari yang menusuk kedalam tubuhku, semilir angin yang begitu sejuk. Tidak hanya itu aku duduk dibalkon ditemani oleh novel "Laut Bercerita" dan segelas susu cokelat yang aku seduh dengan air panas juga roti berisi coklat keju yang aku panggang. Aku begitu menyelami halaman demi halaman seolah-olah aku yang menjadi peran dalam novel tersebut. Rasanya begitu asyik bergelut dengan salah satu novel karya Leila S. Chudori. Tak terasa ternyata aku menghabiskan waktu begitu lama dibalkon dan novel yang aku baca pun selesai. Inilah yang paling aku tidak sukai, saat cerita sudah selesai sedangkan aku yang masih menginginkan untuk tetap berlanjut. Aku bertemu Laut, Asmara, Ibu, Bapak, Anjani dan tokoh lainnya. Aku sangat tidak mau diganggu saat bertemu dengan mereka. Aku ingin mengenalnya lebih dalam hingga akhirnya aku menemukan satu hal yang sedikit sama dengan Laut seperti yang telah diutarakan oleh Asmara, "Mas Laut jarang berbicara kecuali jika dia merasa harus bicara. Dia sangat ekonomis dengan kata-kata. Tetapi begitu di hadapan layar komputer atau sehelai kertas, kata-kata akan tumpah ruah bak air bah" Itulah Laut, sama seperti diriku dalam versi perempuan, hanya saja dia begitu pandai merangkai kata dalam tulisan sehingga penikmat selalu terbangun suasana yang sempurna, sedangkan aku tidak. Aku hanya menulis dengan begitu amatiran. 

        Ku tutup buku novel yang sudah selesai ku baca, dan ku lepas headset yang selalu terpasang sempurna dikedua panca indraku. Aku tidak bergegas untuk kembali ke kamar, melainkan aku memilih diam sejenak untuk menikmati hembusan angin pagi, aku menutup mata sejenak. Tiba-tiba terdengar suara temanku memanggil namaku berkali-kali untuk mengetahui posisiku. Dan aku bergegas menuruni tangga dengan hati-hati.

"Kenapa? tadi aku sedang diatas." ucapku

"Kebiasaan, senang sekali anda menghabiskan waktu diatas. Beli makan yuk, aku tadi gak sempat makan di rumah" ajak dia.

"Ayok, kebetulan aku lapar sekali baru makan roti bakar dan segelas susu"

"Dasar si lapar melulu, apalagi aku yang baru bangun, langsung mandi, pulang ke kost dan belum makan apapun" cerocos dia

Aku memilih untuk memanaskan motor terlebih dahulu sambil menunggu temanku yang begitu lama bersiap diri, padahal kita hanya akan membeli sarapan. Seperti biasa aku membeli nasi lengko favoritku. Semenjak aku menemukan penjual nasi lengko, aku selalu menjadikan nasi lengko sebagai menu yang akan aku makan, Nasi lengko merupakan makanan yang aku beli setiap harinya pada masa kuliah di Cirebon. Nasi hangat yang selalu ditemani oleh potongan tahu, tempe, mentimun dan bumbu kacangnya yang begitu kental, ditambah sedikit kecap (karena gak terlalu suka kecap) juga taburan bawang goreng yang begitu wangi. Nikmat sekali rasanya. Sedangkan temanku membeli nasi kuning dengan jajanan kue basah. Kita hanya membeli makan saja, selebihnya kita memilih kembali pulang dan makan di kost bersama dengan menu yang berbeda. Makan bersama dan berbincang mengenai dunia yang fana ini. Itulah yang sering aku lakukan bersamanya. Kita bisa menghabiskan waktu begitu lama dengan topik perbincangam yang berbeda-beda. Mengalir begitu saja, Tidak ada kata bosan atau kehabisan topik saat bersamanya. Aku bertemu dengan temanku ini tahun lalu, tepatnya di bulan Agustus. Dia merupakan rekan kerjaku yang merangkap sebagai sahabat. Lain waktu aku akan menceritakan tentangnya lebih dalam, ya. Tak terasa waktu sudah menujukkan pukul 10:00, cepat sekali rasanya baru tadi beli makan dan berbincang ria. Kita memasuki kamar masing-masing, bergelut dengan dunia sendiri. Aku memilih untuk berbaring sambil membaca buku lainnya yang belum aku tuntaskan yang berjudul "Mindset", sesekali aku mengecek handphoneku untuk mengetahui ada sebuah pesan atau tidak, setelah itu aku meletakkan kembali dengan keadaan tidak aktif. Aku tidak mau waktu luangku dihabiskan hanya dengan bermain sosial media dan kebetulan sudah hampir dua bulan aku menonaktifkan instagramku, sudah setahun juga aku tidak membuka twitterku yang mungkin sudah bersarang karena sampai saat ini aku masih berusaha keras mengingat kata sandi twitterku tersebut dan aku pun menonaktifkan akun tiktok dan facebook. Aku memilih istirahat dengan menghilang sejenak dari sosial media, karena aku sedang membutuhkan ruang. Hingga akhirnya sosial media di handphoneku hanya whatsapp dan tumblr. Terpaksa aku tidak menghapus aplikasi tersebut karena itu satu-satunya cara berkomunikasi dengan keluarga dan yang berhubungan dengan pekerjaan , sejujurnya aku ingin sekali menghapusnya karena aku tidak begitu suka "chattingan" maka dari itu, dari zaman sekolah aku selalu diberi julukan "si tukang slow response" kecuali kalau sebuah panggilan, aku akan segera menerimanya, beda halnya dengan sebuah pesan. Aku akan lebih memilih untuk membalas pesan lain waktu ketika sudah merasa luang, kecuali kalau pesan tersebut begitu penting hehe maafkan kebiasaan paling buruk yang ada didalam diriku ini ya. Aku perlahan sedang memperbaikinya kok, meskipun agak sulit untuk mengubah kebiasaan. Doakan saja. Nah kalau untuk aplikasi tumblr, aku install dan gunakan karena disana lah tempat aku mencurahkan isi pikiran meskipun tidak semua yang aku curahkan itu sama dengan kenyataan yang sedang aku alami. Tidak, tidak semuanya relate. Itulah sosial mediaku. Lalu aku melanjutkan membaca, memasuki setiap tulisan yang aku baca dan tidak diduga ternyata aku tertidur cukup lama dengan posisi tangan yang masih memegang buku hehe.

        Langit sudah abu-abu, padahal belum menuju sore tapi sepertinya langit akan segera meluapkan apa yang sudah terpendam. Tiba-tiba terdengar suara perut yang berdendang membuatku bergegas ke dapur untuk melihat isi kulkas dengan kondisi yang baru bangun tidur. Akhirnya aku memutuskan untuk memasak udang mayonnaise dan membuat jus mangga. Sebelumnya ku lihat kamar sebelah terlebih dulu, ternyata begitu hening pertanda bahwa si penghuni masih tertidur lelap. Aku lanjut untuk memasak, seperti biasa aku selalu melibatkan musik dalam melakukan kegiatan kecuali saat bekerja dan kuliah ya itu beda lagi konteksnya. Rasanya memasak membuat moodku bertambah baik. Selesai memasak, aku menyantap masakanku. Lumayan rasanya, itu menurutku. Tidak tahu kalau menurutmu, mungkin beda selera. Mungkin dilidahmu tidak cocok. Tapi tak apa, yang tepenting cocok di lidahku dan aku bisa membuat bayi-bayi cacingku tidak kelaparan. Ah, aku tiba-tiba jadi ingin membuatkanmu masakan yang amatiran ini. Apakah kamu mau mencobanya? Hmm... Sebentar-sebentar, yang dimaksud kamu itu siapa? Aku masih mencarinya, "kamu" yang aku maksud, yang nantinya akan memakan masakanku yang amatiran tiap harinya, yang rela menghabiskan masakanku padahal rasanya begitu tidak sopan dilidah. Kamu kamu kamu. Aku tunggu ya! 

        Tenyata langit suka bercanda, sekarang dia kembali bangkit tidak seperti sebelumnya yang sudah murung. Begitupun dengan diri ini, aku kembali bangkit setelah perutku terisi haha. Tenagaku tidak selemah sebelumnya, lantas mataku tertuju pada tumpukan pakaian yang sudah kering. Mereka seolah-olah melambaikan tangan dan memintaku untuk mendekat. Ah menyebalkan. Mau tidak mau aku harus mendekatinya. Aku membawanya, aku letakkan disebuah alas kain yang cukup lebar. Aku mulai olahraga tangan. Kesana kemari, pandai sekali tanganku ini walau penuh dengan paksaan. Semerbak wangi dari pakaian mulai tercium. Aku menikmati aromanya sambil bersenandung yang bisa membuat telinga orang menjadi sakit ketka mendengarnya. Huaaa. Selesai. Tertata dengan rapi. "kamu hebat bisa melawan bisikan syaitan itu1" pujiku pada diri sendiri hehe jangan protes, karena hanya aku yang selalu bangga pada diriku dan memuji dengan berlebihan. Tercium aroma keringat yang tidak sedap, oh baru ingat kalau aku belum mandi dari pagi hahaha. Tahukah? kalau kita itu harus menghemat air dan listrik, dan yang aku lakukan merupakan salah satu cara hidup hemat. Tidak boleh menyangkal karena kata dia aku ini sangat "batu" dan memang betul. Tapi masih ingat kah dengan peribahasa batu yang terus-menerus ditetesi air akan berlubang. Jadi ya percaya saja kalau aku tidak akan membatu selamanya. Aku memutuskan untuk menemui si air yang selalu setia menungguku hadir untuk mengunjunginya. Segar, tidak lagi bau keringat tidak sedap yang aku cium melainkan wangi body lotion. 

        Aku mengintip sang langit dari balik jendela. Kembali abu-abu hanya saja langit sudah berhenti menangis. Aku menaiki tangga sambil membawa laptop dalam dekapanku, sengaja handphone aku tinggal di kamar dengan keadaan masih tidak aktif juga dan sebelumnya aku sudah memberitahu orang tuaku jadi mereka tidak akan khawatir karena sudah mengetahuinya anaknya sedang apa, dimana dengan siapa. Harus lengkap memang kalau memberi laporan pada orang tuaku bahkan terkadang harus mengirim sebuah potret gambar sebagai bukti nyata hehe. Sayang sekali pokoknya sama orang tua ku, rindu. Tunggu ya, aku akan segera pulang. Aku kembali mengikuti posisi tadi pagi, masih ditempat yang sama dengan langit yang berbeda. Jika tadi langit begitu bersemangat, sekarang langit terlihat murung. Aku memasangkan headset lalu aku memutar lagu yang saling bergantian seolah-olah mereka sedang mengantre menunggu waktunya tiba. Aku hanya duduk diruang terbuka seolah menyatu dengan semesta, termenung dengan irama musik yang indah terdengar pada kedua panca indraku. Aku menatap langit begitu dalam.

"langit kau begitu murung"

"langit apa kau sedang sedih?"

"langit bersuaralah, berceritalah sebagaimana aku selalu bercerita kepadamu"

"langit aku rindu"

Itulah yang aku ucapkan pada langit. Ia selalu mendengar setiap kata yang aku lontarkan, meskipun tak pernah membalas tapi ia selalu memberi kode seolah ia menanggapi semua perkataanku. Dan seketika air menetes membasahi pipiku.

"langit aku capek" lirihku

"langit bisakah kau mengirimkan seseorang untuk meminjamkan bahunya?"

"langit bisakah kau memelukku sebentar saja?"

"langit bolehkah aku menyerah?

Semilir angin begitu nyaman seakan ia memberi kesejukan pada diriku, kicauan burung yang terdengar seakan sedang memberi hiburan, dan lambaian pohon yang indah seakan meyakinkanku bahwa tidak apa-apa untuk melambaikan tangan apabila sudah merasa tidak kuat. Tidak ada senja pada sore ini. Matahari masih enggan untuk menampakkan dirinya, mungkin ia butuh istirahat sejenak. 

"Kamu dimana dan sedang apa?"

"Apakah perjalananmu selama ini baik-baik saja"

"Apakah jarak masih begitu jauh hingga kamu belum juga tiba untuk menjemputku?"

"Apakah semesta ingin aku lebih bersabar dalam menunggumu?"

"Apakah kamu masih ragu kalau aku rumahmu? jika memang iya aku mohon untuk kamu segera menghapus rasa ragumu"

"Kamu. Aku tidak tahu siapa kamu dan seperti apa. Tapi ketahuilah kalau aku selalu menanti kehadiranmu"

"Kamu. Aku rindu kamu"

Tanpa sengaja banyak ucapan yang terlontar begitu saja dari mulutku. Dan langit mulai mengubah warnanya tetapi masih sedia mendengar. Malam pun tiba. Aku memilih turun melihat langit yang sudah gelap. Aku memasuki kamar. Ku lihat tumpukan kertas. Aku mengambilnya, aku mempersiapkan keperluan untuk besok kembali bekerja. Bayi-bayi cacing kembali merengek sehingga aku harus membuatnya berhenti merengek. Aku memilih membuat nasi TO yang mudah. Mungkin beberapa orang tidak tahu nasi TO, jadi nasi TO itu nasi Tutug Oncom. Nasi yang ditaburi oncom yang sudah ditumbuk. Lezat sekali, kalian harus coba. Kebetulan aku mempunyai oncom yang instan yang dikirim oleh orang tuaku jadi aku hanya menaburkan saja pada nasi hangat dan aku tambahi dengan ceplok telur setengah matang lalu aku santap. Para bayi cacing sekarang sudah sibuk dengan dunianya tidak lagi berisik, dan aku memilih untuk membuka laptop lalu mulai mengetik. hingga akhirnya tak terasa waktu sudah menunjukkan 20:52. Aku memilih melepas headset, mematikan laptopku, mematikan lampu dan tidur.

"Selamat istirahat, kamu"

Komentar

Postingan Populer